watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

LIBURAN DIPALEMBANG

Namaku Andi, aku mau menceritakan
pengalamanku waktu liburan tahun lalu. Aku
kuliah di universitas swasta di Jakarta semester
lima. Pacarku Nita, teman satu kampus. Aku
sudah sering "ngeseks" bareng dia soalnya aku
dan nita punya satu kesamaan, gampang horny.
Singkat cerita aku pulang ke kampung di
Palembang, kebetulan sedang libur panjang dan
lagi bosan dengan suasana Jakarta. Itung-itung
refreshing. Aku tinggal di rumah pamanku di
pinggiran kota Palembang, di pinggiran sungai
Musi. Di sana aku mendapat kebiasaan baru,
ngintipin cewek-cewek yang ke sungai tiap sore.
Walaupun nggak ada acara bugil-bugilan, tapi
aku memang lebih suka meliat cewek yang
setengah tertutup daripada yang bugil sama
sekali. Rasanya lebih seksi dan bikin penasaran.
Suatu sore, aku melihat ada seorang cewek yang
lumayan manis, kulitnya coklat, body bahenol,
tapi kalau dia sedang tersenyum, rasanya
jantung ini mau copot. Aku mencari info sama
sepupuku dan akhirnya ketahuan kalau namanya
Aminah. Dua hari kemudian, kebetulan siang itu
Aminah sedang belanja ke warung di sebelah
rumah pamanku, kesempatan nih buat kenalan.
Akhirnya dengan berpura-pura membeli rokok
aku kenalan sama dia. Ternyata dia sudah
setahun lulus SMA, terus nggak dilanjutin lagi
karena masalah biaya. Maunya dia sih langsung
kerja tapi belum dapat akhirnya sementara itu dia
di rumah membantu ibunya. Aku mulai
mendekatinya, ngobrol dengannya, kadang aku
nekat "nyamperin" dia ke rumahnya kalau
malam. Untungnya orang tuanya kenal dengan
pamanku, jadinya lancar aja deh.
Dalam hitungan hari, rasa cintaku sama dia
bertambah dan aku tahu kalau dia juga suka
padaku.Suatu malam, kuajak dia jalan-jalan di
kota, lalu nonton ke bioskop. Tadinya sih dia
nolak, alasannya sih takut kemalaman. Cuma
setelah dibujuk-bujuk dia mau juga. Di dalam
bioskop kuambil kursi yang pojokan baris atas
dengan alasan supaya nontonnya lebih jelas
padahal sih.. Untungnya bioskop agak sepi,
soalnya hari biasa bukan malam minggu. Waktu
itu kami nonton film drama, aku lupa judulnya,
tapi yang jelas adegan "kiss-kissan" dan
romantisnya pasti ada lah. Pas adegan itu, aku
melirik ke sebelah melihat reaksi dia, sepertinya
sih dia agak risih. Mungkin karena nontonnya
bareng aku kali. Aku agak ngeri juga mau
'gerilya' soalnya kalau dia nggak suka urusannya
bisa berabe nanti.
Akhirnya dengan sedikit nekat kurangkulkan
tanganku ke bahunya. Awalnya dia terkejut, tapi
dia diam saja. Lampu hijau nih pikirku, tapi
pelan-pelan aja lah. Selang beberapa lama,
bahunya kutarik supaya merapat padaku, dan
dia diam aja. Kuberanikan untuk memegang
tangannya, mencium rambutnya, kubelai-belai
dengan lembut, sambil sesekali kucium dahinya.
Dia ternyata juga memberi reaksi dengan
meremas lembut tanganku.
Kupanggil namanya, "Minah..," dia melihat ke
arahku.
"Abang sayang sama Minah."
Dia tersenyum malu, menundukkan muka tanpa
bilang apa-apa. Lalu kuangkat dagunya, dan
dengan lembut kukecup bibirnya. Dia pun
membalas dengan lembut. Cukup lama kami
berpagutan, tanganku mulai bekerja langsung
meraba payudaranya. Dia tersentak kaget,
karena mungkin baru pertama kali payudaranya
disentuh laki-laki.
"Jangan, Bang.." katanya sedikit memohon.
Aku hanya tersenyum dan berkata, "Sorry deh,
Abang kelepasan."
Dia pun mengangguk mengerti. Dalam hati aku
berkata susah juga nih cewek, butuh perlakuan
khusus nih.
Lalu kurangkul dia kembali sambil kubelai lembut
lengan dan bahunya. Sesekali kucium
rambutnya yang agak panjang tergerai hingga
mendekati daerah leher dan telinganya. Ia sedikit
bergerak karena geli, namun aku tahu semakin
lama ia akan semakin terangsang. Dengan sedikit
kesabaran dia terus kuperlakukan dengan
lembut, menunggu saat yang tepat. Hingga
akhirnya kukecup lagi bibirnya dan seperti
dugaanku ia membalas dengan sedikit agresif
dibanding kecupan yang pertama.
Tanganku mulai naik dari arah pinggang
merambat perlahan hingga ke payudaranya
tanpa ada reaksi penolakan. Kuusap lembut
payudaranya yang masih kencang sambil terus
mengecupnya. Nafasnya mulai memburu
menikmati permainan tanganku. Lalu bergantian
kedua payudaranya kuremas dengan
lembut.Setelah puas merambah kedua gunung
yang masih perawan, tanganku mulai turun ke
arah paha dan mengelusnya dengan lembut.
Secara perlahan rabaanku mulai naik ke daerah
selangkangannya. Ia sedikit merapatkan
pahanya, namun aku tidak peduli karena
kesempatan seperti ini sulit didapat. Dengan
sedikit memaksa, kusentuh kelaminnya. Karena
saat itu ia memakai celana panjang dari bahan
kain, lekuk vaginanya masih terasa kuraba.
Dengan mengira-ngira kuelus bagian sekitar
klitorisnya hingga ia sedikit mengerang karena
nikmat. Terkadang jari tengahku sedikit kutekan
pada lubang vaginanya dan saat itu pula
pantatnya ikut menekan maju.
Sebenarnya ingin kuhentikan rabaanku karena
keinginanku sudah tercapai, lagipula aku juga
merasa nggak enak kalau ada orang lain yang
melihat, maklumlah di kampung orang. Namun
karena dia sudah menikmati rangsanganku aku
pun merasa tidak tega. Sudahlah kepalang
tanggung, biar sekalian kuselesaikan. Kugesek
lebih cepat jariku pada bagian vaginanya
terutama daerah klitoris, ditambah dengan
ciuman pada daerah leher dan telinga. Dia pun
semakin terangsang hingga tak lama kemudian
ia mengerang dan kurasakan badannya
mengejang dengan kedua kakinya sedikit
mengangkat. Lalu ia menundukkan kepalanya ke
dadaku. Kukecup dahinya dan kurangkul dia
dengan erat.
Sebelum film selesai, kuajak dia keluar mencari
udara segar, karena kami sama-sama kegerahan
karena kejadian tadi. Sikapnya sangat berbeda
sekarang. Tadinya kami hanya berjalan
beriringan sebelum menonton bioskop, tapi
sekarang kami saling berangkulan hingga
payudaranya yang kencang terasa di tubuhku.
Kuantarkan dia pulang ke rumahnya lalu aku
sendiri pulang ke rumah pamanku.
Aku langsung masuk ke kamar dan masturbasi
sambil menghayalkan kejadian tadi. Bahkan
hingga dua kali berturut-turut. Dua malam
kemudian ada suatu acara resepsi pernikahan di
daerah itu, kebetulan orang yang mengadakan
resepsi cukup terpandang di daerah itu. Setelah
resepsi masih ada hiburan layar tancap sampai
pagi. Kalau tidak salah malam itu malam Minggu.
Ingin juga merasakan enaknya nonton layar
tancap, soalnya seumur-umur nggak pernah
sih.
Saat makan malam berbagai hidangan disajikan
dan sebagian besar masakan padang. Aku
duduk berdua dengan Aminah mulai awal pesta.
Saat makan, karena tersenggol orang, Aminah
menumpahkan sirop yang dipegangnya ke
bajuku hingga membasahi celanaku. Kemeja
putihku sebagian berwarna merah ketumpahan
sirop.
"Nggak pa-pa kok, aku ganti baju aja dulu
sebentar," kataku karena melihat rasa menyesal
di wajahnya.
"Saya temenin ya, Bang. Tidak enak hati saya
jadinya," katanya.
"Ngga pa-pa, Minah. Kamu makan aja dulu, biar
Abang pulang sebentar. Nggak usah ditemani,"
jawabku.
Tapi karena terus memaksa, aku pun
membiarkannya.
Sesampai di rumah pamanku, saat itu tidak ada
ornag, aku langsung melepaskan kemejaku dan
melemparnya ke ember cucian, lalu naik ke
kamarku untuk berganti baju. Tidak lama
kemudian aku pun turun, dan kulihat Aminah
sedang mencuci noda di bajuku.
"Sudah biar saja, Minah. Besok saja dicuci,"
kataku.
"Tak pa-pa Bang, Cuma sebentar," jawabnya.
Akhirnya kubiarkan karena dilarangpun tetap saja
dikerjakannya. Sambil menunggu, aku
mengambil air es dan kuminum. Lalu aku
kembali ke kamar mandi. Sesampainya di sana
kulihat Aminah dengan menunduk
membelakangiku, sedikit menungging, sedang
membilas bajuku. Walupun ia saat itu memakai
sarung berenda khas sumsel, namun lekuk
pinggul dan pantatnya sangat indah,
membuatku terangsang dan tanpa terasa
penisku mulai bangkit. Apalagi posisi ini posisi
favoritku dan Nita di Jakarta bila sedang making
love.
Goddaan setan melintas di pikiranku, apalagi
sekarang rumah lagi kosong, namun tetap
kutahan.Setelah selesai membilas, dan
merendam pakaianku ia pun membalikkan
badannya dan sesaat terhenti karena melihat aku
menatapnya tak berkedip. Kulihat wajahnya
yang manis dengan senyumnya yang
menawan, ada sedikit butiran keringat di dahinya
yang seakan menambah daya tarik.
"Kenapa, Bang?" katanya.
Aku tak menjawab, lalu kudekati dia dan
langsung kukecup bibirnya. Awalnya ia
membalas dengan lembut. Kubelai seluruh
tubuhnya, dan kupeluk dia dengan erat sambil
terus mengecup bibirnya. Entah kenapa rasanya
berbeda sekali dibanding bila kulakukan ini
dengan Nita. Kulepaskan kecupanku sesaat,
kupandang sekali lagi wajahnya dan ia balas
menatapku. Lalu kami saling berpagutan
kembali, kali ini lebih menggelora. Tanganku pun
mulai bergerilya ke seluruh tubuhnya, mengelus
dan meremas tanpa henti.
Kemudian kugendong dia dan kubaringkan di
atas kursi panjang, sambil aku berlutut, kami
kembali saling berpagutan. Karena nafsuku yang
sudah memuncak, akibat "puasa" hingga dua
minggu lebih langsung saja kuraba vaginanya.
Ternyata di balik sarungnya ia tidak memakai
penutup lagi selain celana dalam. "Kebetulan nih,"
pikirku. Langsung saja kuulangi peristiwa di
bioskop kemarin, dan ia pun pasrah saja
menikmati sentuhanku. Tidak berapa lama,
kuselipkan jariku ke dalam celana dalamnya dan
langsung bersentuhan dengan vaginanya.
Dengan mengandalkan pengalaman bersama
Nita kurangsang dia dengan mengusap
klitorisnya, memainkan jari pada lubang vagina
tanpa memasukkannya, membuat ia semakin
bergairah dan biasanya pada akhirnya setiap
wanita akan meminta kita untuk
memasukkannya. Walaupun dia tidak meminta
secara langsung namun secara perlahan ia mulai
menggoyangkan pinggulnya mengikuti gerakan
jariku pada vaginanya. Walaupun birahiku
semakin memuncak dan sulit untuk ditahan,
namun aku tetap sabar. Ada kepuasan tersendiri
di saat menaklukkan seorang wanita hingga
memohon untuk dipuaskan.
Tidak berapa lama kemudian gerakan pinggulnya
kurasakan semakin cepat dan nafasnya semakin
memburu hingga jariku kewalahan untuk
merangsangnya sambil menahan celana
dalamnya. Perlahan kulepaskan jariku dari
vaginanya dan kucoba untuk melepaskan celana
dalamnya. Seakan mengerti, ia sedikit
mengangkat pantatnya hingga memudahkanku
melepaskannya. Kulanjutkan kembali kegiatanku
seperti tadi hingga ia kembali terangsang dengan
hebat, sebab setelah celana dalamnya terlepas,
jariku semakin leluasa memainkan vaginanya.
Dia tidak pernah mengucapkan sepatah katapun,
hanya erangan nikmat yang sesekali keluar dari
bibirnya. Padahal bila dengan Nita, kami sering
mengucapkan kata-kata kotor untuk lebih
merangsang permainan.
Tiba-tiba kutarik jariku dari vaginanya sebelum ia
mencapai puncak kenikmatannya. Ia sedikit
terkejut menatapku. Lalu aku mulai melepaskan
ikat pinggang dan resleting celanaku. "Ahh.."
ucapnya sambil memalingkan wajahnya ke arah
berlawanan. Namun aku tahu ia tak akan
sanggup lagi untuk menolak hal ini. Setelah
kulepaskan semua celanaku, kupegang
tangannya dan kubimbing ke arah penisku. Saat
terpegang olehnya, ia seperti sadar dan menarik
tangannya tapi kutahan dan kutuntun tangannya
untuk mengocok penisku. Ia pun menurut dan
tanganku kembali bermain di vaginanya. Ia
kembali terangsang, dan mulai memberanikan
diri untuk melihat penisku sambil terus
mengocoknya.
Kami menikmati permainan itu hingga beberapa
saat kemudian badannya mengejang mencapai
puncak kenikmatan. Vaginanya sungguh lembut
dan hangat dan sangat basah. Ingin sekali
kumasukkan penisku saat itu, tapi mengingat ia
masih perawan, aku harus memperlakukannya
dengan lembut. Belum selesai ia menikmati
orgasmenya, aku langsung melebarkan kakinya
dan sambil berdiri dengan posisi 69
kubenamkan wajahku ke vaginanya. Aroma
yang sangat khas namun lebih lembut dibanding
aroma Nita tercium olehku. Kumainkan lidahku di
seluruh permukaan vaginanya, terutama pada
bagian klitorisnya. Ia mulai terangsang kembali
dengan cepat sambil tangannya terus mengocok
penisku.
Saat aku sedang asyik menjelajahi vaginanya
dengan lidahku, kurasakan ia sedikit
menggerakkan badannya dan sesaat kemudian
penisku terasa masuk ke dalam rongga yang
hangat. Aku tersenyum dalm hati, ternyata ia
cepat belajar. Namun karena pertama kali dan
karena posisi kami yang kurang pas, terkadang
secara tak sengaja tergigit olehnya hingga aku
harus menarik pinggulku karena terasa sakit.
Untungnya ia mengerti dan akhirnya hanya
memainkan lidahnya di sekujur penisku tanpa
dimasukkan ke dalam mulutnya. Cukup lama
kami berada di posisi ini. Pinggul Aminah mulai
bergerak liar menekan ke arah lidahku. Posisi
yang kurang enak membuat badanku lelah dan
akhirnya kuhentikan jilatanku pada vaginanya.
Langsung saja aku mengambil posisi standard
sambil mengangkat salah satu kakinya dengan
tanganku dan bertumpu pada tanganku yang
lainnya.
"Kamu tuntun ya, Minah.." kubisikkan kepadanya
dan ia mengangguk pelan.
Ia pegang penisku dan menuntunya ke lubang
vaginanya. Setelah posisinya pas aku mulai
mendorong secara perlahan.
"Sakit Bang. Ahh.. pelan-pelan," bisiknya
ditengah-tengah erangan nikmat.
"Ya, pelan-pelan saja. Minah saja yang tuntun,
kalo sakit jangan dipaksa," jawabku.
Aku pun menyesuaikan goyangan pinggulku
dengan tuntunan tangannya. Secara perlahan
namun pasti penisku mulai masuk sedikit demi
sedikit. Walaupun terasa sakit, rasa nikmat dari
sanggama membuatnya terus mencoba
memasukkan penisku. Setelah kurasakan bibir
vaginanya mulai mengembang, aku mengambil
alih gerakan. Pinggulku mulai kupercepat
menghunjam vaginanya. Nafsu yang sudah
tertahan-tahan akhirnya dapat kulepaskan hingga
di suatu saat kudorong penisku cukup keras ke
dalam vaginanya.
"Ouch.." hampir berbarengan kami mengerang.
Setengah penisku masuk ke dalam vagina yang
sempit dan hangat. Lalu mulai kudorong lagi
perlahan-lahan dan secara bertahap temponya
kupercepat hingga otot vaginanya bisa
menyesuaikan penisku. Hingga akhirnya penisku
bisa masuk seluruhnya ke dalam liang vagina
yang jauh lebih nikmat dari milik Nita, karena
memang saat aku bersanggama dengan Nita ia
sudah tidak perawan lagi. Kulepaskan
peganganku pada kakinya, lalu kuangkat sedikit
pantatnya dengan tanganku yang bebas agar
penetrasi menjadi lebih mudah. "Ooh.. aah.."
hanya desahan dan rintihan yang bisa keluar dari
bibir kami. Nikmat yang kurasa sangat
menakjubkan hingga aku yang biasa bisa
menahan orgasme, sangat sulit untuk
melakukannya.
Beberapa menit kemudian gairah kami mulai
memuncak dan aku pun tidak bisa lagi
menahannya lebih lama. Aminah pun mulai
menggoyangkan pinggulnya dengan liar, hingga
akhirnya aku bertumpu pada kedua tangan dan
berkonsentrasi pada goyangan pinggulku.
Beberapa saat kemudian, saat kupercepat
goyanganku Aminah menaikkan pantatnya dan
mengejang nikmat. Ia mencapai orgasmenya.
Dalam hitungan detik pun kurasakan denyutan
yang familiar pada pinggangku. Seketika itu juga
kucabut penisku dari vaginanya dan mulai
mengocoknya dengan keras. Kutumpahkan
semua maniku ke lantai, sambil terus mengocok
penisku hingga badanku lemas dan serasa tak
bertenaga. Saat kulakukan itu Aminah bangun
dari kursi dan menghampiriku serta
membantuku menyelesaikan orgasme.
Kami lalu berpelukan dan berpagutan beberapa
saat hingga kusadari ia menitikkan air mata.
"Jangan takut Minah, ini rahasia kita berdua. Kalau
Abang selesai kuliah di Jakarta, Abang akan
jemput Minah ke sini," kataku untuk
menghiburnya.
Ia menatapku sambil tersenyum lalu kami
berciuman lagi untuk beberapa saat. Lalu
merapikan diri untuk kembali ke resepsi, dengan
tak lupa membersihkan bekas-bekas
pertempuran di ruang tamu.Kami melakukannya
sekali lagi di sebuah motel di luar Palembang saat
kami sedang berjalan-jalan ke luar kota, hingga
seminggu kemudian aku kembali ke Jakarta
untuk kuliah. Kami masih saling berkirim surat
hingga sekarang, namun sayangnya liburan ini
aku tidak bisa pulang ke kampung karena
masalah akademis. Walaupun aku masih
berhubungan dengan Nita, itu hanyalah sebagai
pelampiasan nafsu belaka, namun hatiku masih
tertambat di kampung halamanku.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/832
U-ON

inc Powered by Xtgem.com